Pendidikan dan Mobilitas Sosial

PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Pendahuluan

          Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap malah memisahkan pesrta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi apada pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga peserta didiak setelah selesai mendapatkan pendidiakn bukan peka akan realitas sosial malah hilang dari realitas sosial.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari pendidikan tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan perananya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikam mengajarkan bahwa komunis, kapitalisme, dan anakirme tidak baik. Maka pesetrta didik tidak akan melakukan hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu melakukan analisa sosial.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kamjuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adabya Mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Dari gambaran di atas maka dalam makalah ini saya akanmencoba membahas sedikit perubahan orientasi pendidikan, Mobilitas sosial dan peranan pendidikan dalam upaya melakukan Mobilitas sosial.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah ISD  dan untuk meningkatkatkan pengetahuan penulis dalam memahami tentang Pendidikan dan Mobilitas Sosial.


Pembahasan

Pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial 
          Sebelum mengetahui tentang pendidikan dan mobilitas, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui definisi dari pendidikan dan mobilitas sendiri itu
Pengertian Pendidikan
          Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarrti pengembangan dan
Bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam disebutka tarbiyah yang diterjemahkan
 dengan pendidikan.
            Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh ahli, diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba memberikan pengertiaan pendidikan denagan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik menuju terbentuknya pribadi yang utama. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.

Pengertian mobilitas sosial
          Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem ststus dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekaaan jabatan, kekayaan dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sossial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertikal. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan menurut Haditono mobilitas sosial adalah perpindahan seorang atau sekelompok orang dari kedudukannya yang satu ke kedudukan kain. Kedudukan dapat berarti : situasi tempat, dapat pula berarti status.

Proses terjadinya mobilitas sosial

          Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok social. Struktur social mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan adalah suatu gerak dalam struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok social. Struktur social mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak social yang horizontal dan vertical.
  1. Gerak social horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek social lainnya dari suatu kelompok social ke kelompok social lainnya yang sederajat.
Misalnya: seseorang yang beralih kewarganegaraan, beeralih pekerjaan yang sedderajat attau mungkin juga peralihan lainnya.
Dengan adanya gerak social yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek social

1)      Gerak sosial vertikal adalah perpindahan individu dari objek sosial dari kedudukan sosial kekedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:

a)        Gerak sosial miningkat (social climbing), yaitu gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendak ke kelas sosial yang lebih tinggi. Misalnya, seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi kepala bagiandisebuah perusahaan swasta.

b)        Gerak sosial yang menurun (social singking), yakni perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih rendah posisinya. Misalnya, seorang petani cengkeh yang jatuh miskin karena komodotas yang ditanamnya tidak laku-laku di pasaran.

Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut:
1)      Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistemnya mitlak tertutup, dimana tidak ada sama sekali gerak sosial yang vertikial. Suatu contoh adalah masyarakat berkasta di india walaupu gerak sosial yang vertikal hampirtidak tampak, proses tadi pasti ada. Seorang warga kasta brahma yang berbuat kesalahan dapat turun kastanya atau seoarang dari kasta rendahan dapat naik ke kasta yang lebih tinggi, misalnya melalui perkawinan.
2)      Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya. Paling tidak akan banyak menghadapi hambatan-hambatan.
3)      Tidak ada gerak sosial vertikal yang sama pada semua masyarakat.
4)      Laju gerak sosial vertikal disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta pekerjaan yang berbeda.
5)      Tudak ada gerak sosial vertikal yang continiu / berkelanjutan.

 Hubungan pendidikan dengan mobilitas sosial

          Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapah untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk ke goloongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi seriap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan penetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-cita itu tidak mudah diwujutkan.

Mobilitas sosial melaui pendidikan
          Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpeng hasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada banyak dunia usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu, melainkan dua tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, yang lainnya bermula dari kedudukan “program pengembangan eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan pimpinan. Menaiki tangga mobilitas yang kedua tanpa ijasah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini di duga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan apakah mobilita ssosial dengan sendirinya akan meningkat. Mungkin sekal itidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial, seperti dikemuka kan di atas ijasah SMU tidak lagi memberkan mobilitas yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat member kan mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijasah untuk meningkat dalam status sosial.

Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi tercapainya Mobilitas Sosial
          Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standa rsaja. Dari tiga “jenisp endidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebi hbisa diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih mempercaya ikemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseroang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
          Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia pendidikan yang mulai dirintis sebaga ialternatif untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.
          Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu:
1)        Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat, dan
2)        Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses trnasformasi menuju terwujudnya masyakat madani.
          Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu “mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat terlaksansya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan prakti ssehingga dapat diimplementasikan dilapangan” langkah-langkah tersebut harusdilakukan secara terencana, sistemnatis, dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan betul-betu lakan berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangan optimasi terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat di implementasikan dalam kehidupan manuisa.

Peranan Pendidikan Dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial
          Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas social haru mampu untuk mengubah mainstream pesrta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigm ini adalah pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya member ikesempatan yang sama bagi kelas-kelas social tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan peruabahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa social dan cara melakukan mobilitas sosial.

Penutup 

Kesimpulan
          Mobilitas sosial adalah gerak dalam suatu struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukannya yang satu ke kedudukan lainnya. Mobilitas sosial ada dua macam :
  1. Mobilitas horisontal
  2. Mobilitas vertikal, meliputi:
1)      Sosial climbing
2)      Sosial sinking
Ada beberapa saluran mobilitas sosial :
1)      Angkatan bersenjata
2)      Lembagakeagamaan
3)      Lembaga pendidikan
4)      Organisasi politik
5)      Ekonomi
6)      Keahlian
                  Untuk mencapai mobilitas social ini maka pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Oelh karena itu kita harus mengupa-yakan supaya semua masyarakat memperoleh kesempatan pendidkan yang sama,

Saran
        Dalam pembahasan makalah ini pemakalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh sebab itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, terutam abapakd osen yang ber-sangkutan atas kritikan dan saranny apemakalah ucapkan banyak-banyak terim akasih.

Daftar Kepustakaan

Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan, (Padang, the zaky press. 2009). Hal. 15

H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000), hal. 43
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2011), hal. 38
DwiJ. Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta, Kencana, 2010), hal. 210
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, PT Raja Garfindo Persada, 1982), hal. 220

Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan, (Padang, the zaky press. 2009). Hal. 15
Ibid.  Ramayulis, dkk. Hal. 16
H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000), hal. 43
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, PT Raja Garfindo Persada, 1982), hal. 220
Ibid.  soerjono soekanto. Hal 222
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta, Kencana, 2010), hal. 210
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2011), hal. 38

Previous
Next Post »
Thanks for your comment